Demikianlah pula celetukan dari mas-mas anggota kelompokku pas ngerjain tugas tadi malam. Mungkin yang dimaksud adalah kita-kita yang bernasib sama dengan Si Bandung. Baik dari deadline atau hasil dari pekerjaannya (menurutku).
Si Bandung berusaha membangun 1000 candi dalam waktu semalam. Serupa dengan nasib kami yang juga lembur demi "membangun" laporan dalam rangka ujian akhir semester. Sebenarnya tugas-nya sudah diberitahukan sejak lama, cuma kita-kita aja yang bandel dan "kabur" (pinjem istilah ya, Os...), nggak ngerjain dari kemarin-kemarin. Mungkin juga kita ini adalah sekumpulan manusia yang suka banget jadi snowball (Tapi mungkin pada akhirnya snowball nabrak bebatuan truz malah ancur berkeping-keping). Yah, jadilah kita lembur kayak tukang ronda demi tugas.
Pertama-tama temen-temen dah pada kumpul di kosku. Nongkrong, ngomongin apa aja yang mau dikerjain, sampai hotspot-an mumpung sinyalnya lewat. Ketika jam mulai menunjukkan jarum panjangnya ke angka 12 dan jarum pendek ke angka 10, kita ngungsi ke kontrakannya salah satu personil kelompok. Tibalah saat-saat yang dinanti-nantikan. Ngerjain tugas. Namanya juga anak muda, kalo kumpul-kumpul pastinya malah rusuh. Jadinya kita ngerjain tugas sambil ngobrol ngalor ngidul sambil bercanda.
Truz ada mas yang tanya, " Eh, ono jeneng kelompok-e ga? (eh, ada nama kelompoknya nggak?)".
" Kelompok 2 paling-paling Mas...(mungkin kelompok 2 Mas…)". Mengingat kelompok kami memang ada pada urutan ke 2.
“Piye nek jenenge kelompok Bandung Bondowoso wae? (bagaimana kalau namanya kelompok Bandung bondowoso saja?)”, jawabnya.
Entah darimana dia mendapat ide tersebut (sebenernya aku lupa, hehehe…). Tapi mungkin dikarenakan kondisi kita yang seperti Bandung Bondowoso membangun 1000 candi demi Roro Jonggrang dalam waktu semalam.
Pulang ke kos jam 4 pagi. Huuu… Dingin… Hotspot-an sebentar, trus bobo’ sebentar, bangun, mandi sebentar, belajar sebentar (ada ujian sebelum presentasi), ujiannya lama. Soal-soalnya sulit sich…(Ampun... Ngulang koq nggak mudheng-mudheng...)
Sayangnya, seperti kisah Bandung Bondowoso yang tidak berakhir bahagia karena berkat “kecerdasan” Roro Jonggrang, kisah kami pun berakhir dengan agak sengsara.
Presentasi plus diskusi kami mendapat kritik yang tajam (cie…). Yah, sopo sing nandur, de’e sing ngundhuh (siapa yang menanam, dia yang menuai). Maklumlah, hasil kerja hanya semalam. Nggak dibantuin jin sich… Hehehe…
Tapi apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur…
Di balik itu semua, ada nilai-nilai yang bisa kuambil.
Nilai kebersamaan. Meski harus ngantuk-ngantuk ria, kami, satu kelompok tetap berjuang bersama. Tidurnya aja pake shift…
Trus nilai keterbukaan. Nah, ini yang bikin rada-rada gimana… Gitu… Soalnya aku merupakan salah satu korban interogasi. Kami (jumlahnya tiga orang), saling bercerita tentang diri kami masing-masing. Biasalah, udah malem, pikiran ngeblank alhasil aku cerita kayak orang lagi fly. Fuh… Ketauan dech aibku…
Demikianlah kisah kami, kelompok 2 pada ujian mata kuliah Kajian Seni Rupa Anak. Kita hanya bisa berdoa agar nilai mata kuliah tersebut bisa A. Amin…
160709
diubah pada
190110
Thanks to Kelompok 2 “Bandung Bondowoso”diubah pada
190110
Mas Firdaus, Mas Bayu, Osy, Nadia, Fikri.
Maju terus pantang mundur!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar